Karena kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, khususnya teknologi transportasi dan komunikasi, hubungan saling
mempengaruhi sudah semakin tidak terbendung lagi dibumi kita ini. Kita sudah
memasuki budaya mondial, budaya globalisasi. Pengaruh globalisasi sangat terasa
dalam kehidupan politik, ekonomi, budaya, dan sosial bangsa kita dewasa ini.
Yang paling berpengaruh dan berkuasa
di dunia pada saat ini sebenarnya bukan politik, tetapi ekonomi. Bukan
pemerintahan-pemerintahan dari Negara adikuasa yang dapat mendikte
Negara-negara lain, tetapi perusahaan-perusahaan ,multi nasional yang memiliki
capital yang besar dan teknologi yang canggih. Kapital dan uanglah yang sangat
menguasai dunia pada saat ini.
Uang sekarang bukan saja menjadi
alat tukar, tetapi sudah menjadi komoditas. Uang sekarang menjadi berhala baru
bagi manusia modern dewasa ini. Perusahaan-perusahaan seperti Bank Dunia, IMF,
Sumintomo, dsb. Adalah perusahaan yang sangat berkuasa, yang dapat mendikte
siapa saja, termasuk pemerintahan-pemerintahan Negara berkembang atau miskin.
Secara ekonomis, negeri kita
praktis dikuasai orang kaya raya, yang memiliki perusahaan-perusahaan multi
nasional dengan modal dan kekayaan yang sangat besar. Celakanya lagi, sejak
zaman Orde Baru, para konglomerat kaya raya ini merupakan kroni dan sahabat
akrab dari banyak pengusaha. Kolusi, korupsi, dan monopoli tumbuh subur.
Terjadilah penguasa dibidang ekonomi dan politik semakin
kaya dan serakah, sementara itu mayoritas rakyat semakin miskin. Dalam situasi
seperti itu, berbagai ketidakadilan dapat terjadi, misalnya penggusuran rakyat
kecil, tidak adanya perlindungan hukum bagi kaum lemah, korupsi, kolusi,
nepotisme, dsb. Setiap proyek pembangunan hanya akan dinikmati oleh kaum kaya
dan penguasa. Dengan demikian, masyarakat yang damai sejahtera semakin sulit
tercapai.
Memang, para penguasa dan kaum kaya
selalu mengatakan bahwa kemiskinan rakyat kecil itu disebabkan oleh factor
kebudayaan, yaitu karena kemalasan, kebodohan, dan pemborosan yang dilakukan
oleh rakyat kecil itu sendiri. Namun, para sosiolog mengatakan bahwa kemiskinan
rakyat kebanyakan disebabkan oleh struktur dan sistem kemasyarakatan yang tidak
adil.