Obsesi Yesus adalah mewartakan
dan memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah. Bagaimana Yesus memperjuangkan
Kerajaan Allah itu?
Dalam mewartakan Kerajaan Allah,
Yesus kerapkali memakai perumpamaan, yaitu cerita yang diambil dari kehidupan
sehari-hari untuk menyampaikan suatu kebenaran, khususnya tentang kerajaan
Allah. Dengan perumpamaan itu, para pendengar lebih mudah menangkap pesan yang
ingin disampaikan oleh Yesus. Perumpamaan membuat orang tertantang untuk
mencari dan menemukan pesan ysng berkaitan dengan Kerajaan Allah.
Perumpamaan-perumpamaan itu, pendengar lebih mudah menangkap pesan yang ingin
disampaikan oleh Yesus. Perumpamaan membuat orang tertantang untuk mencari dan
menemukan pesan yang berkaitan dengan kerajaan Allah. Perumpamaan-perumpamaan
Yesus mengenai Kerajaaan Allah mau menyampaikan hal-hal berikut :
1. Kerajaan Allah Sudah Dekat
Yesus mewartakan
bahwa Kerajaan Allah sudah dekat, bahkan sudah datang terutama dalam diri
Yesus. Ketika Yesus berkeliling Palestina untuk mewartakan Kabar Baik, sehingga
Kerajaan Allah mulai tampak ditengah-tengah umatNya ( lih. Luk 10 : 23 – 24).
Pewartaan
Kerajaan Allah yang sudah dekat itu terungkap dalam perumpamaan tentang pohon
Ara (lih Mrk 13 : 28 – 32). Dekatnya Kerajaan Allah membawa nada ancaman dalam
perumpamaan tentang orang yang menghadap hakim (lih Luk 12 : 57 – 58) untuk
menuntut kembali pinjaman dari orang yang berhutang kepadanya. Maksud Yesus
adalah : Kita sekalian adalah orang yang berhutang (berdosa)., maka harus
segera dibereskan perkara itu (bertobat) supaya jangan terlambat; penghakiman
terakhir sudah diambang pintu.
Berdekatan dengan
perumpamaan tentang pohon ara adalah perumpamaan tentang bendahara yang tidak
jujur ( Luk 16 : 1 – 8 ). Perumpamaan in antara lain mau mengatakan bahwa orang
harus cerdik, sebab Kerajaan Allah sudah diambang pintu untuk mengadakan
pertanggungjawaban. Dekatnya Kerajaan Allah berarti juga dekatnya penghakiman
Allah.
Perumpamaan tentang
pohon ara yang tidak berbuah ( Luk 13 : 6-9) mau menggambarkan bahwa Allah itu
sungguh sabar, tetapi jika pada waktunya orang tidak menghasilkan buah
pertobatan (Luk 3: 8-9), maka penghakiman akan mendatangi orang itu.
Penghakiman Allah
akan datang secara tiba-tiba dan tidak disangka-sangka (Mat 24: 50). Hal ini
diilustrasikan dalam perumpamaan tentang pencuri yang datang pada waktu malam
disaat yang tidak diketahui (Mat 24: 43-44). Kedatangan Kerajaan Allah dan
penghakiman yang tidak disangka-sangka itu terungkap dalam perumpamaan tentang
gadis yang bijaksana dan gadis yang bodoh (Mat 24: 1-13).
2.
Kerajaan
Allah berarti Alla Mulai Memerintah
Kerajaan Allah berarti Allah
yang memerintah sebagai raja. Allah yang memerintah dilukiskan oleh Yesus
sebagi Bapa. Allah itu sungguh-sungguh Bapa yang baik hati dan suka mengampuni.
Dalam perumpamaan domba yang hilang (Luk 15: 3-7 ), Yesus menggambarkan Allah
yang suka mengampuni. Dalam perumpamaan orang-orang upahan dikebun anggur (Mat
20 :1-5), Allah digambarkan sebagai “Bapa keluarga” yang baik hatiterhadap
orang-orang yang tidak berjasa. Orang yang dimaksud adalah “ pemungut cukai,
pelacur, dan orang berdosa” yang bertobat dan atas dasar kebaikan allah
menerima pemerintahanNya.
Dalam
perumpamaan anka yang hilang atau Bapa yang mengasihi anak yang hilang (Luk 15
: 11-32) mau menunjukkan balas kasih dan ksi Allah terhadap orang yang berdosa
dan sukacita Nya karena bertobat. Perumpamaan in juga sekaligus berisi kritik
trhadap orang Farisi 9 yang dilambangkan anak yang sulung) yang membanggakan
jasanya, tetapi tidak mengeti sikap hati Bapa. Ketiga perumpamaaan dalam Luk 15
: 1-32 (domaba yang hilang, dirham yang hilang, dan anak yang hilang) mau
menekankan sukacita Allah yang menyambut orang berdosa yang bertobat ke dalam
Kerajaan Nya.
3.
kerajaan
Allah Menurut Sikap Pasrah (Iman) Manusia Kepada Allah
Allah meraja dengan kasih. Oleh karena
itu, manusia dituntut sikap pasrah, dan sikap iman kepada Allah. Allah menjadi
harapan, sandaran, dan andalan bagi manusia. Manusia tidak boleh mengandalkan
hal-hal lain, seperti harta, kekuasaan, bahkan dirinya sendiri.
Yesus
menentang orang-orang Farisi karena mereka terlalu mengandalkan jasa-jasa dan
kekuatan diri mereka. Yesus memuji orang-orang miskin dan menderita sebagai yang
“ berbahagia”, karena dalam kemiskinannya itu mereka hanya mengandalkan Allah
dan mempercayakan diri pada Allah. Yesus tentu saja tidak mendukung kemiskinan,
bahkan Ia memperjuangkan kesejahteraan lahir batin bagi umat. Yesus mengecam
ketidakadialn yang dilakukan oleh para petinggi pemerintahan dan agama.
Yesus
tidak menyapa berbahagia kepda orang-orang yang saleh dan taat pada Taurat
seperti kaum Farisi, sebab mereka mengandalkan dirinya sendiri. Yesus menyapa
orang miskin dan menderita, sebab mereka mengandalakan Allah. Bapa perumpamaan
Yesus tentang orang farisi dan pemungut cukai yang berdoa di bait Allah (Luk 18
: 9-14)
4.
Kerajaan
Allah itu suatu Karunia
Kerajaan Allah adalah karunia dari
Allah, bukan hanya jasa masnusia. Dengan kata lain, pemerintahan Allah tidak
ditegakkan atau diwujudkan hanya oleh daya upaya manusia. Kerajaan Allah
sebagai karunia Allah ini diilustrasikan dalam perumpamaan “ benih yang tumbuh
“ (Mrk 4: 26-29); “ ragi “ (Mat 13: 33), Biji sesawi (Mat. 13: 31-32) dan
penabur (Mrk 4:1-9).
Titik
perbandingan dalam perumpamaan-perumpamaan tersebut terletak pada keajaiban
bahwa “ benih” itu tumbuh, menjadi pohon besar, dan menghasilkan buah
berlimpah, walaupun banyak rintangan. Demikianlah juga tentang kerajaan Allah,
walaupun banyak rintangannya (penabur), Kerajaan Allah dengan kekuatannya
sendiri (benih dan ragi) akan diwujudkan danmenghasilkan buah berlimpah.
Kerajaan
Allah sebagai karunia Allah harus diperjuangkan dan dikembangkan oleh manusia
sebagai nilai yang paling tinggi.karena itu, manusia yang telah memperolehnya
patut bergembira dan bersedia memperjuangkan dan mengembangkanya dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini diilustrasikan dalam perumpamaan tentang “ harta
terpendam” dengan usaha yang tidak kenal lelah, akhirnya harta itu ditemukan
sehingga mendatangkan kegembiraan luar biasa bagi empunya “ Harta terpendam”.
Ini menggambarkan sesuatu yang sangat bernilai, yakni Kerajaan Allah. Orang
dengan gembira hati mengorbankan segala sesuatu demi Kerajaan Allah. Orang
denga gembira hati mengorbankan segala sesuatu demi Kerajaan Allah yang paling
berharga dan bernilai.