Tuesday, March 5, 2013

YESUS ADALAH SAHABAT, TOKOH IDOLA, PUTRA ALLAH, DAN JURUSLAMAT

Dalam pelajaran-pelajaran yang lampau kita telah mendalami tugas dan obsebsi pokok Yesus, yaitu mewartakan Kerajaan Allah. Pada pelajaran-pelajaran berikut ini kita akan lebih mendalami dan kepribadian Yesus.
            Secara berturut-turut kita akan belajar tentang ;
  1. Yesus sahabat sejati dan Tokoh Idola
  2. Yesus Putra Allah dan Juruselamat

Dengan dua pelajaran ini, kita diharapkan dapat mengenal pribadi Yesus Kristus sebagai sahabat sejati, tokoh idola, Putra Allah dan juruslamat.


YESUS ADALAH
SAHABAT SEJATI DAN
TOKOH IDOLA


Syarat-syarat dan dan sikap-sikap yang dibutuhkan dalam persahabatan antara lain sebagai berikut :
1.      Sikap saling mencintai, misalnya :
a.       Selalu mau membantu
b.      Selalu rela berkorban tanpa perhitungan
c.       Tehu tenggang rasa
2.      Sikap saling percaya, misalnya :
a.       Berani membuka diri, menceritakan suka duka hidup
b.      Selalu mau memberi pujian dan kritik secara jujur
3.      Sikap saling menghormati, misalnya :
a.       Menerima teman seadanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya;
b.      Suka mendengar, menerima segala tindakan dan ucapannya sebagai sesuatu yang penting
c.       Tidak memperalat teman.

Setiap orang umumnya memiliki tokoh idola. Orang mencoba meniru kehidupan tokoh idolanya. Bahkan pakaiannya, dandanannya, tingkah lakunya, dan sikapnya senantiasa ditiru. Orang ingin menjadi seperti sang tokoh. Kita memang membutuhkan tokoh idola untuk dapat kita jadikan panutan dalam hidup kita.
            Yang paling penting yang dapat kita pelajari dari tokoh penutan kita itu adalah ajarannya, kepribadiannya, dan perbuatan-perbuatannya yang kita anggap luhur.
            Apapun rumusnya, Yesus baru berarti bagiku jika Ia menjadi Yesusku, Yesus bagiku. Bukan Yesus hafalan dari perjalanan agama atau dari kotbah atau dari rumusan-rumusan doa, tetapi Yesus yang menyangkut pribadiku. Itulah Yesus yang berarti bagiku. Apa yang disampaikan dalam pelajaran agama, kotbah, ataupun rumusan-rumusan doa baru memiliki arti jika dihayati secara pribadi dalam kehidupan pribadi dalam kehidupan setiap hari.

1.      Yesus Saya Hayati sebagai Sahabat yang Sejati
Yesus saya andalakan sebagai sahabat sejati, karena sikapNya terhadap para rasul sungguh-sungguh dihayatiNya sebagai sahabat. “ AKu tidak lagi menyebut kamu hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi “AKU MENYEBUT SAHABAT” ( Yoh 15 : 15).
a.       Untuk memupuk persahabatanNya dengan para rasul, Yesus menuntut kepercayaan dari mereka. Sebaliknya, Ia sendiri sangat mempercayai para rasul-rasulNya, walaupun sulit dimengerti. Misalnya : Yesus mempercayakan tugas-tugas penting kepada penting kepada Petrus, padahal Petrus berulang kali tidak pantas dipercayai.
b.      Yesus sanagat menghormati kawan-kawannya, walaupun mereka datang dari masyarakat kalangan bawah. Yesus menerima mereka seperti adanya. Yesus membuka seluruh rahasia diriNya dan tugas perutusanNya.” Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahu pada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu “ (Yoh 15 : 15) . Inilah sikap seorang sahabat yang sejati.
c.       Yesus menuntut cinta dari sahabat-sahabat Nya, Yesus juga mencintai mereka tanpa batas. Cinta yang penuh pengampunan dan cinta yang penuh pengorbanan, bahkan sampai kepada korban nyawa.

2.      Yesus adalah Idola Sejati Bagi Kaum Remaja
Yesus adalah tokoh yang dapat dijadikan panutan bagi kaum remaja. kepribadianNya, ajaranNya, dan tindakanNya dapat kita jadikan panutan dalam hidup kita.
Ciri-ciri kepribaian Yesus antara lain adalah sebagai berikut :
a.       Yesus dekat dengan sesama
Yesus berasal dari desa Nazaret, dari keluarga yang sederhana. Ketika menjadi termasyur, ia tidak lupa asalNya. Ia tidak tinggal dilingkungan tertutup, dikawasan elite yang aman. Ia hidup ditengah-tengah masyarakat, menjelajahi kota dan desa, daerah gunung, dan pantai. Ia ada ditengah-tengah suka duka hidup manusia. Dalam suasana gembira pesta nikah, ia tidak sungkan untuk turut bergembira dan mengambil bagian didalamnya (yoh 2 : 2-12). Dalam suasana pedih karena menderita sakit, ia turut merasa sakit dan menawarkan penyembuhan (mat 8 : 14 -7 ). Pada saat sesamaNya lapar, Ia berusaha untuk mengenyangkan mereka (Mrk 6:30-44). Ia prihatin terhadap sesamaNya yang terlantar, seperti domba tak bergembala.
            Semakin terlibat dengan manusia, Ia semakain mengerti kesulitan dan kebutuhan mereka. Sebab itu, Ia mengawali wartaNya bukan dengan instruksi dan ancaman, tetapi dengan warta tentang kasih dan pengampunan. Manusia dan prospek masa depannya menjadi pusat perhatian Yesus. Ia mendalami pengalaman-pengalamanNya sendiri dan pengalaman sesamaNya, kemudian mengajak para pendengarNya untuk menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah di dalamnya.
            Pengajaran Yesus sungguh praktis dan manusiawi. Berulang-ulang Ia berbicara tentang cara kebersamaan dan kasih sayang. Yesus berbicara dalam bahasa yang mudah dimengerti, apalagi Ia sering memakai perimpamaaan yang dipetik dari pengalaman dan kehidupan sehari-hari. Ia tidak pernah berbicara dalam rumusan-rumusan yang muluk-muluk dan sukar dimengerti. Cara berbicara dan isi pembicaraanNya berkaitan erat dengan hidup masyarakat pada umumnya.
            Singkatnya, seluruh cara dan sikap hidup Yesus, sampai dengan isi dan tutur kataNya menunjukkan bahwa Ia sangat “dekat” dengan sesamaNya, khususnya rakyat biasa yang sederhana.

b.      Yesus sangat “ terbuka” terhadap siapa saja yang datang kepadanya
Karena Yesus dekat dengan sesamaNya, maka Ia juga sangat terbuka kepada siapa saja yang datang kepadaNya. Ia bergaul dengan semua orang. Ia tidak membeda-bedakan orang yang dijumpaiNya dan yang datang kepadaNya. Ia akrab dengan dengan para imam (Yoh 7 : 42-52), para penguasa, bahkan penjajah (Mrk 7 : 1-10) yang beritikad baik. Ia akrab pula dengan para pegawai pajak yang korup (Lk 19 : 1-10). Ia menyapa ( “NGUWONGKE”) para wanita “nakal” (Luk “7 : 36 – 50) dan para penderita penyakit yang berbahaya.
            Yesus juga bergaul dan menyapa para pendosa dan kaum wanita.
Pertama : sikap Yesus kepada kaum pendosa
            Bagi orang Yahudi dosa itu menular seperti kuman. Kena beyangan seorang berdosa, tinggal serumah dengan orang kahat, apalagi makan bersama mereka berarti kena dosa itu sendiri, menjadi orang berdosa. Maka, seorang yang saleh tidak boleh bergaul dengan orang yang tidak saleh. Seorang Yahudi akan rusak namaya jika ia berhubungan dengan orang kafir. Seorang yang beragama baik dianggap murtad jika dia kontak dengan orang yang tidak beragama.
            Yesus justru bergaul dengan para pegawai pajak yang dianggap oleh umumsebagai koruptor dan pemeras. Yesus bertemu dan menyapa orang-orang setengah kafir seperti bangsa Samaria dan mendatangi negeri-negeri orang kafir dan berbicara akrab dengan mereka (Mat 15 : 21-28).
Kedua : Yesus bergaul dengan wanita
            Anggapan masyarakat Yahudi, wanita itu penggoda. Maka, orang laki-laki, lebih-lebih guru agama,tidak boleh bergaul dengan perempuan yang belum dikenalnya.
            Yesus justru bergaul dengan wanita. Bahkan, ada wanita-wanita tertentu yang tetap mengikuti Nya kemana Dia pergi. Yesus menyapa dan bergaul dengan wanita-wanita kafir yang belum dikenalNya seperti wanita samaria.
            Yesus bukan saja bergaul dengan wanita sembarangan, tetapi juga berusaha untuk membela wanita-wanita sundal, juga wanita yang tertangkap basah sedang terikat oleh peraturan yang diskriminatif.

c.       Yesus berani membela kebenaran dan keadilan secara konsekuen
Kehidupan rakyat jelata semasa Yesus sungguh parah. Mereka ditindas dan dihimpit oleh para penguasa dan pemimpin-pemimpin agama. Yesus berani membela rakyat kecil dan yang menderita. Yesus tidak pernah bungkam terhadap praktek-praktek sosial yang tidak adil dalam bentuk apapun. Yesus tidak berdiam diri atau bersikap kompromis terhadap kaum penguasa yang neyebut diri “ pelindung rakyat” ( Luk 22: 25). Ia tidak takut menyebut raja Herodes sebagai srigala ( 13 : 32).
Yesus berani mengatakan dengan terus terang kepada ahli-ahli taurat, orang –orang farisi, dan kaum munafik. Dan orang-orang yang munafik. “ Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kaum-kaum munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang tampak bersih, tetapi sebelah dalamnya penuh dengan tulang-belulang dan berbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, disebelah luara kamu tampaknya benar dimata orang, tetapi disebelah dalam kmau penuh dengan kemunafikan dan kedurjanaan.(Mat 23 : 27-28).
Ia berani membela rakyat kecil dengan mengkritik dan menyrang setiap penindasan dan ketidakadilan walaupun penuh resiko bagi hidupNya. Walaupun demikian, Yesus bukanlah seorang tokoh revolusioner yang mau mengubah keadaan sosial dan politik masa itu. Yesus melakukan itu semua dalam rangka mewartakan Kabar Gembira, “Kerajaan Allah”. Kritik yang tajam terhadap para penguasa yang menindas rakyat tidak bernada politis dan perjuangan kelas. Yesus hanya mau menegakkan nilai-nilai Kerajaan Allah, yakni keadilan, cinta kasih dan perdamaina. Para penguasa dan pemimpin-pemimpin agama harus menegakkan nilai-nilai itu. mereka harus melayani rakyat kecil, bukan menindasnya !

d.      Yesus adalah orang yang sungguh “beriman”
Yesus sangat terbuka terhadap siapa saja yang dijumpaiNya dan yang datang kepadaNYa. Akibatnya, Yesus dianggap melanggar ketentuan adat kebiasaan masa itu. walaupun demikian, Yesus tetap berani mengkritik dan menghadapi para penguasa dan para pemimpin agama yang bertindak tidak adil terhadap rakyat. Mengapa Yesus berani? Apakah Dia punya backing? Yesus memang punya backing, yakni Allah sendiri.
Yesus mempunyai gambaran tentang Allah yang dekat itu bukan hakim yang ditakuti, melainkan ibarat bapa yang baik, yang merangkul anak-anakNya untuk dengan penuh cinta. Oleh karena itu, Yesus mengajak para pengikutNya untuk menyebut Allah “ Abba”. Abba adalah sebutan anak kecil kepada bapanya, dalam bahasa kita dapat diterjemahkan dengan “papa” atau “ papi”.
Sebagai Bapa yang baik, Yesus percaya bahwa Allah tidak pandang bulu, tidak membedakan si miskin dan si kaya, si saleh dan si pendosa, yang baik dan yang jahat, Yahudi bukan Yahudi. Semua dirangkul, asal mereka terbuka terhadap cintaNya. Yesus sungguh menghayati Allah yang dekat itu dan yang memanggilNya untuk melakukan kehendakNya pada setiap situasi konkret.
Beriman kepada Allah berarti menyadari kehadiranNya didalam kehidupan kita sehari-hari, mendengarkan panggilanNya dalam setiap situasi konkret dan berusaha menjawab panggilanNya sebaik-baiknya. Itulah yang dibuat oleh Yesus. Yesus mengutamakan pangilan dan kehendak Allah dalam setiap situasi, apa pun resiko dan tantangannya.
            Yesus menghayati Allah yang dekat tidak semudah seperti yang kita bayangkan. Yesus pernah juga merasakan Allah yang jauh ketika menghadapi saat-saat genting yang mengancam dan membahayakan hidupNYa. Di taman zaitun itu, Yesus pernah berdoa:”(Luk 22 : 42). Bahkan, ketika Yesus disalib diGolgota Ia merasa ditinggalkan Allah. Yesus berkata, “ Ya Allah, Ya Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku ?” (Mat 27 : 46).

            Iman selalu merupakan tantangan. Iman menjadi cemerlang justru dalam tantangan. Sebagai seorang beriman, Yesus dapat mengatasi semua tantangan.
            Yesus sungguh-sungguh idola bagi kita, kaum remaja, terutama pada zaman yang penuh tantangan ini.