Dalam pelajaran-pelajaran yang
lampau kita telah mendalami tugas dan obsebsi pokok Yesus, yaitu mewartakan
Kerajaan Allah. Pada pelajaran-pelajaran berikut ini kita akan lebih mendalami
dan kepribadian Yesus.
Secara
berturut-turut kita akan belajar tentang ;
- Yesus sahabat sejati dan Tokoh Idola
- Yesus Putra Allah dan Juruselamat
Dengan dua pelajaran ini, kita
diharapkan dapat mengenal pribadi Yesus Kristus sebagai sahabat sejati, tokoh
idola, Putra Allah dan juruslamat.
YESUS ADALAH
SAHABAT SEJATI DAN
TOKOH IDOLA
Syarat-syarat dan dan sikap-sikap yang dibutuhkan dalam
persahabatan antara lain sebagai berikut :
1. Sikap
saling mencintai, misalnya :
a.
Selalu mau membantu
b.
Selalu rela berkorban tanpa perhitungan
c.
Tehu tenggang rasa
2. Sikap
saling percaya, misalnya :
a. Berani
membuka diri, menceritakan suka duka hidup
b. Selalu
mau memberi pujian dan kritik secara jujur
3. Sikap
saling menghormati, misalnya :
a. Menerima
teman seadanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya;
b. Suka
mendengar, menerima segala tindakan dan ucapannya sebagai sesuatu yang penting
c. Tidak
memperalat teman.
Setiap orang umumnya memiliki tokoh idola. Orang mencoba
meniru kehidupan tokoh idolanya. Bahkan pakaiannya, dandanannya, tingkah
lakunya, dan sikapnya senantiasa ditiru. Orang ingin menjadi seperti sang
tokoh. Kita memang membutuhkan tokoh idola untuk dapat kita jadikan panutan
dalam hidup kita.
Yang paling
penting yang dapat kita pelajari dari tokoh penutan kita itu adalah ajarannya,
kepribadiannya, dan perbuatan-perbuatannya yang kita anggap luhur.
Apapun
rumusnya, Yesus baru berarti bagiku jika Ia menjadi Yesusku, Yesus bagiku.
Bukan Yesus hafalan dari perjalanan agama atau dari kotbah atau dari
rumusan-rumusan doa, tetapi Yesus yang menyangkut pribadiku. Itulah Yesus yang
berarti bagiku. Apa yang disampaikan dalam pelajaran agama, kotbah, ataupun
rumusan-rumusan doa baru memiliki arti jika dihayati secara pribadi dalam
kehidupan pribadi dalam kehidupan setiap hari.
1. Yesus
Saya Hayati sebagai Sahabat yang Sejati
Yesus
saya andalakan sebagai sahabat sejati, karena sikapNya terhadap para rasul
sungguh-sungguh dihayatiNya sebagai sahabat. “ AKu tidak lagi menyebut kamu hamba,
sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi “AKU MENYEBUT
SAHABAT” ( Yoh 15 : 15).
a. Untuk
memupuk persahabatanNya dengan para rasul, Yesus menuntut kepercayaan dari
mereka. Sebaliknya, Ia sendiri sangat mempercayai para
rasul-rasulNya, walaupun sulit dimengerti. Misalnya : Yesus mempercayakan
tugas-tugas penting kepada penting kepada Petrus, padahal Petrus berulang kali
tidak pantas dipercayai.
b. Yesus
sanagat menghormati kawan-kawannya, walaupun mereka datang dari masyarakat
kalangan bawah. Yesus menerima mereka seperti adanya. Yesus membuka seluruh
rahasia diriNya dan tugas perutusanNya.” Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku
telah memberitahu pada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu “
(Yoh 15 : 15) . Inilah sikap seorang sahabat yang sejati.
c. Yesus
menuntut cinta dari sahabat-sahabat Nya, Yesus juga mencintai mereka tanpa
batas. Cinta yang penuh pengampunan dan cinta yang penuh pengorbanan, bahkan
sampai kepada korban nyawa.
2. Yesus
adalah Idola Sejati Bagi Kaum Remaja
Yesus adalah tokoh yang dapat
dijadikan panutan bagi kaum remaja. kepribadianNya, ajaranNya, dan tindakanNya
dapat kita jadikan panutan dalam hidup kita.
Ciri-ciri kepribaian Yesus antara
lain adalah sebagai berikut :
a. Yesus
dekat dengan sesama
Yesus berasal dari desa Nazaret,
dari keluarga yang sederhana. Ketika menjadi termasyur, ia tidak lupa asalNya.
Ia tidak tinggal dilingkungan tertutup, dikawasan elite yang aman. Ia hidup
ditengah-tengah masyarakat, menjelajahi kota
dan desa, daerah gunung, dan pantai. Ia ada ditengah-tengah suka duka hidup
manusia. Dalam suasana gembira pesta nikah, ia tidak sungkan untuk turut
bergembira dan mengambil bagian didalamnya (yoh 2 : 2-12). Dalam suasana pedih
karena menderita sakit, ia turut merasa sakit dan menawarkan penyembuhan (mat 8
: 14 -7 ). Pada saat sesamaNya lapar, Ia berusaha untuk mengenyangkan mereka
(Mrk 6:30-44). Ia prihatin terhadap sesamaNya yang terlantar, seperti domba tak
bergembala.
Semakin
terlibat dengan manusia, Ia semakain mengerti kesulitan dan kebutuhan mereka.
Sebab itu, Ia mengawali wartaNya bukan dengan instruksi dan ancaman, tetapi
dengan warta tentang kasih dan pengampunan. Manusia dan prospek masa depannya
menjadi pusat perhatian Yesus. Ia mendalami pengalaman-pengalamanNya sendiri
dan pengalaman sesamaNya, kemudian mengajak para pendengarNya untuk menemukan
nilai-nilai Kerajaan Allah di dalamnya.
Pengajaran
Yesus sungguh praktis dan manusiawi. Berulang-ulang
Ia berbicara tentang cara
kebersamaan dan kasih sayang. Yesus berbicara dalam bahasa yang mudah
dimengerti, apalagi Ia sering memakai perimpamaaan yang dipetik dari pengalaman
dan kehidupan sehari-hari. Ia tidak pernah berbicara dalam rumusan-rumusan yang
muluk-muluk dan sukar dimengerti. Cara berbicara dan isi pembicaraanNya
berkaitan erat dengan hidup masyarakat pada umumnya.
Singkatnya,
seluruh cara dan sikap hidup Yesus, sampai dengan isi dan tutur kataNya
menunjukkan bahwa Ia sangat “dekat” dengan sesamaNya, khususnya rakyat biasa
yang sederhana.
b. Yesus
sangat “ terbuka” terhadap siapa saja yang datang kepadanya
Karena Yesus dekat
dengan sesamaNya, maka Ia juga sangat terbuka kepada siapa saja yang datang
kepadaNya. Ia bergaul dengan semua orang. Ia tidak membeda-bedakan orang yang
dijumpaiNya dan yang datang kepadaNya. Ia akrab dengan dengan para imam (Yoh 7
: 42-52), para penguasa, bahkan penjajah (Mrk 7 : 1-10) yang beritikad baik. Ia
akrab pula dengan para pegawai pajak yang korup (Lk 19 : 1-10). Ia menyapa (
“NGUWONGKE”) para wanita “nakal” (Luk “7 : 36 – 50) dan para penderita penyakit
yang berbahaya.
Yesus
juga bergaul dan menyapa para pendosa dan kaum wanita.
Pertama : sikap Yesus kepada kaum
pendosa
Bagi
orang Yahudi dosa itu menular seperti kuman. Kena beyangan seorang berdosa,
tinggal serumah dengan orang kahat, apalagi makan bersama mereka berarti kena
dosa itu sendiri, menjadi orang berdosa. Maka, seorang yang saleh tidak boleh
bergaul dengan orang yang tidak saleh. Seorang Yahudi akan rusak namaya jika ia
berhubungan dengan orang kafir. Seorang yang beragama baik dianggap murtad jika
dia kontak dengan orang yang tidak beragama.
Yesus
justru bergaul dengan para pegawai pajak yang dianggap oleh umumsebagai
koruptor dan pemeras. Yesus bertemu dan menyapa orang-orang setengah kafir
seperti bangsa Samaria
dan mendatangi negeri-negeri orang kafir dan berbicara akrab dengan mereka (Mat
15 : 21-28).
Kedua : Yesus bergaul dengan wanita
Anggapan
masyarakat Yahudi, wanita itu penggoda. Maka, orang laki-laki, lebih-lebih guru
agama,tidak boleh bergaul dengan perempuan yang belum dikenalnya.
Yesus
justru bergaul dengan wanita. Bahkan, ada wanita-wanita tertentu yang tetap
mengikuti Nya kemana Dia pergi. Yesus menyapa dan bergaul dengan wanita-wanita
kafir yang belum dikenalNya seperti wanita samaria.
Yesus
bukan saja bergaul dengan wanita sembarangan, tetapi juga berusaha untuk
membela wanita-wanita sundal, juga wanita yang tertangkap basah sedang terikat
oleh peraturan yang diskriminatif.
c. Yesus
berani membela kebenaran dan keadilan secara konsekuen
Kehidupan rakyat
jelata semasa Yesus sungguh parah. Mereka ditindas dan dihimpit oleh para
penguasa dan pemimpin-pemimpin agama. Yesus berani membela rakyat kecil dan
yang menderita. Yesus tidak pernah bungkam terhadap praktek-praktek sosial yang
tidak adil dalam bentuk apapun. Yesus tidak berdiam diri atau bersikap
kompromis terhadap kaum penguasa yang neyebut diri “ pelindung rakyat” ( Luk
22: 25). Ia tidak takut menyebut raja Herodes sebagai srigala ( 13 : 32).
Yesus berani
mengatakan dengan terus terang kepada ahli-ahli taurat, orang –orang farisi,
dan kaum munafik. Dan orang-orang yang munafik. “ Celakalah kamu, hai ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi, hai kaum-kaum munafik, sebab kamu sama seperti
kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang tampak bersih, tetapi sebelah
dalamnya penuh dengan tulang-belulang dan berbagai jenis kotoran. Demikian
jugalah kamu, disebelah luara kamu tampaknya benar dimata orang, tetapi
disebelah dalam kmau penuh dengan kemunafikan dan kedurjanaan.(Mat 23 : 27-28).
Ia berani membela
rakyat kecil dengan mengkritik dan menyrang setiap penindasan dan ketidakadilan
walaupun penuh resiko bagi hidupNya. Walaupun demikian, Yesus bukanlah seorang
tokoh revolusioner yang mau mengubah keadaan sosial dan politik masa itu. Yesus
melakukan itu semua dalam rangka mewartakan Kabar Gembira, “Kerajaan Allah”.
Kritik yang tajam terhadap para penguasa yang menindas rakyat tidak bernada
politis dan perjuangan kelas. Yesus hanya mau menegakkan nilai-nilai Kerajaan
Allah, yakni keadilan, cinta kasih dan perdamaina. Para
penguasa dan pemimpin-pemimpin agama harus menegakkan nilai-nilai itu. mereka
harus melayani rakyat kecil, bukan menindasnya !
d. Yesus
adalah orang yang sungguh “beriman”
Yesus sangat
terbuka terhadap siapa saja yang dijumpaiNya dan yang datang kepadaNYa.
Akibatnya, Yesus dianggap melanggar ketentuan adat kebiasaan masa itu. walaupun
demikian, Yesus tetap berani mengkritik dan menghadapi para penguasa dan para
pemimpin agama yang bertindak tidak adil terhadap rakyat. Mengapa Yesus berani?
Apakah Dia punya backing? Yesus memang punya backing, yakni Allah sendiri.
Yesus mempunyai
gambaran tentang Allah yang dekat itu bukan hakim yang ditakuti, melainkan
ibarat bapa yang baik, yang merangkul anak-anakNya untuk dengan penuh cinta.
Oleh karena itu, Yesus mengajak para pengikutNya untuk menyebut Allah “ Abba”.
Abba adalah sebutan anak kecil kepada bapanya, dalam bahasa kita dapat
diterjemahkan dengan “papa” atau “ papi”.
Sebagai Bapa yang
baik, Yesus percaya bahwa Allah tidak pandang bulu, tidak membedakan si miskin
dan si kaya, si saleh dan si pendosa, yang baik dan yang jahat, Yahudi bukan
Yahudi. Semua dirangkul, asal mereka terbuka terhadap cintaNya. Yesus sungguh
menghayati Allah yang dekat itu dan yang memanggilNya untuk melakukan
kehendakNya pada setiap situasi konkret.
Beriman kepada Allah berarti menyadari kehadiranNya didalam
kehidupan kita sehari-hari, mendengarkan panggilanNya dalam setiap situasi
konkret dan berusaha menjawab panggilanNya sebaik-baiknya. Itulah yang dibuat
oleh Yesus. Yesus mengutamakan pangilan dan kehendak Allah dalam setiap
situasi, apa pun resiko dan tantangannya.
Yesus
menghayati Allah yang dekat tidak semudah seperti yang kita bayangkan. Yesus
pernah juga merasakan Allah yang jauh ketika menghadapi saat-saat genting yang
mengancam dan membahayakan hidupNYa. Di taman zaitun itu, Yesus pernah
berdoa:”(Luk 22 : 42).
Bahkan, ketika Yesus disalib diGolgota Ia merasa ditinggalkan Allah. Yesus
berkata, “ Ya Allah, Ya Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku ?” (Mat 27 :
46).
Iman selalu
merupakan tantangan. Iman menjadi cemerlang justru dalam tantangan. Sebagai
seorang beriman, Yesus dapat mengatasi semua tantangan.
Yesus
sungguh-sungguh idola bagi kita, kaum remaja, terutama pada zaman yang penuh
tantangan ini.