Wednesday, February 27, 2013

MAKNA SENGSARA DAN WAFAT YESUS

1. Wafat Yesus adalah Konsekuensi dari PewartaanNya tentang Kerajaan Allah Wafat Yesus tidak dapat dilepaskan dari seluruh perjalanan karya dan hidupNya. Yesus sudah mengambil resiko penderitaan dan kesengsaraan yang akan ditanggungNya. Bahkan, Yesus sudah memberitahukan kepada paramudirNya bagaimana Ia menderita, wafat dan disalibkan. Tugas perutusan Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah yang dilakukan melalui sabda dan tindakan-tindakanNya akan membawadiriNya pada Penderitaan. Pewartaan Yesus dalam sabda dan tindakan Nya sanagtlah radikal. Para penguasa, tua-tua bangsa Yahudi, imam-imam kepaladan ahli taurat sangat tersinggung dengan segala sepak terjang Yesus. Yesus menyadari bahwa kesaksian yang paling kuatdan yang paling final tentang kesungguhanNya mewartakan Kerajaan Allah ialah kesiapan Nya untuk mati demi pewartaanNya itu. Andai kata Yesus lari dari resiko atas pewartaan Nya, tentu seluruh pewartaanNyatentang kerajaan Allah tidak akan dipercayai lagi. Maka, Yesus harus menghadapi resiko pewartaanNya dengan tegar hati.Yesus yakin dengan sikapNya yang konsekuendan berani menghadapi umat akan memberanikan semua murid dan pengikutNya untuk kemudian hari mewartakan dan memberikan kesaksian tentang Kerajaan Allah, walaupun harus mempertaruhkan nyawaNya. 2. Wafat Yesus sebagai Tanda Ketaan dan Kesetiaan Nya pada Bapa Yesus menerima semua yang terjadi atas diriNya dengan rela, karena itulah yang dikehendaki oleh Allah dalam rencana penyelamatanNya. Yesus memandang KematianNya bukan sebagai Nasib, melainkan sebagai kurban yang mengukuhkan Perjanjian Baru antara Allah dan umat manusia seluruhnya. Para murid Yesus diberi teladan untuk mempertaruhkan nyawa sebagai wujud kesetiaan terhadap Kerajaan Allah. Tugas untuk mewartakan Kerajaan Allah menuntut kesetiaan dengan taruhan nyawa. Oleh karena itu, peristiwa salib yang membawa kematian Yesus bukanlah kegagalan. Peristiwa salib justru merupakan tahap yang menentukan dalam karya penyelamatan Allah. Wafat Yesusmenjadi peristiwa penyelamatan yang membaharui hidup manusia, karena setelah wafatNya, Allah tidak meningglkan Dia. Yesus dibangkitkan dari kematian. Wafat Yesus memperlihatkancinta kasih Allah kepada manusia. Yesus menyadari bahwa kematian adalah bagian dari rencana Bapa Nya. Sabda yang dinyatakan Nya,”Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya” (Yoh 4 : 34). Yesus setia pada kehendak BapaNya, Ia taat sampai mati. Yesus mengganti ketaattanNya untuk Ketidak taatan kita.” Jadi, sama seperti ketidaktaatan satu orang, semua orang menjadi orang berdosa, Demikian pula oleh ketaatan satu orang, semua orang menjadi orang yang benar” (Roma 5: 19). Dengan ketaatanNya sampai mati, Yesus menyelesaikan tugasNya sebagai hamba yang menderita : seperti yang dikatakan dalam Yes 53: 10 -12. 3. Wafat Yesus adalah Tanda Solidaritas Nya dengan Manusia Wafat Yesus “ untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan” (1Kor 1: 23). Tetapi menurut Paulus, bagi orang-orang yang percaya akan Allah, peristiwa Yesusdisalibkan mempunyai arti baru.” Untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi maupun orang yang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmah Allah. Sebab, yang bodoh dari Allah lebih besar hikmahnya daripada manusia (1Kor 1:24-25). Dalam diri Yesus yang wafat disalibkan itu Allah berkarya. Dalam peristiwa salib, kita dapat mengenal penyertaan Allah dalam hidup manusia. Allah yang berbelas kasih tidak pernah meninggalkan manusia . sekalipun manusia mengalami kesengsaraan dan penderitaan, Allah tetap menjadi Allah beserta kita (emmanuel). Kesengsaraan dan wafat Yesus menjadi tanda agung kehadiran Allah karena memberi kesaksian tentang Allah yang sebenarnya, yakni Allah yang mahakasih. Allah dalam diri Yesus telah solider dengan manusia. Ia telah senasib dengan manusia sampai kepada kematian, bahkan kematian yang paling hina. Tidak ada wujud solidaritas yang lebih finaldan lebih hebat daripada kematian Yesus. Yesus rela mati disalib diantara dua penjahat. Ia telah menjadi manusia, sama seperti kaum tersisih da terbuang. 4. Wafat Yesus Menyelamatkan Manusia Wafat Yesus yang mengerikan bukanlah kebetulan, tetapi merupakan bagian dari misteri penyelamatan Allah. Kitab Suci sudah menubuatkan rencana penyelamatan Ilahi melalui Kematian “ HambaKu yang benar” sebagai misteri penebusan yang universal. Santo Paulus dalam pengakuan Imam menyatakan :”Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci” (1 Kor 15 : 3). Yesus mati untuk kepentingan kita. Hal ini ditegaskan melalui surat pertama Santo Petrus yang menyatakan :”sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak dan emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tidak bernoda dan tak bercacat. (1 Ptr 1 : 18-19). Santo Paulus berkata “ Dialah yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah “ (2Kor 5:21). Penyerah diri Yesus kepada Allah telah mempersatukan kita kembali dengan Allah. Rekonsiliasi antara kita dengan Allah telah terjadi berkat kemataian Yesus disalib.