"Sukirman" - Sukacita karena iman
Maria (Aram-Yahudi ???? Maryām "pahit"; Bahasa Yunani Septuaginta ??????, Mariam, ?????, Maria; Bahasa Arab: Maryem, ????) adalah ibu Yesus dan tunangan Yusuf (bdk. Matius 1:18-20, Lukas 1:35) dalam Kekristenan dan Islam. Menurut sumber-sumber non-kanonik, orangtuanya bernama Yoakim dan Hana. Karena Lukas 1:48 ("mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia"), Maria banyak diagungkan di kalangan orang Kristen, khususnya di lingkungan Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks. Umat Muslim pun sangat menghormatinya. Gereja Ortodoks dan Katolik Roma juga mempunyai banyak hari perayaan lainnya untuk menghormati Maria.
Paus (emeritus) Benediktus XVI sendiri, di tahun 2008, pada pertemuan Sabtu malam di Lapangan Santo Petrus sebagai tanda penutupan bulan Maria, merefleksikan 'Magnificat' (kidung sukacita) Maria. "Ini adalah pernyataan penting dari iman," Bapa Paus menjelaskan, "pernyataan yang memberi kepastian pada manusia dan membebaskan setiap mahkluk dari ketakutan, bahkan di tengan badai sejarah."
Dia melanjutkan: "Melampaui permukaan, Maria 'melihat' dengan mata iman, pekerjaan Tuhan dalam sejarah. Untuk alasan ini dia bersukacita, karena dia percaya: Dengan iman, dalam kenyataan, dia menyambut sabda Tuhan dan mengandung Sang Sabda yang Menjelma”. Maria sendiri menjadi “sukirman, sukacita karena iman”, karena ia mau melihat bahwa semua tahta di dunia hanyalah sementara, sedangkan tahta Tuhan merupakan satu-satunya batu yang tidak akan berubah dan tak pernah jatuh.”
Memang, sejak abad XII, dinyatakan ada lima sukacita Maria yaitu: kabar dari malaikat, kelahiran Yesus, kebangkitan Yesus, kenaikan Yesus dan pengangkatan Maria ke surga. Yang pasti, sukacita Maria ini terjadi semata-mata karena iman. Dan “sukirman, sukacita karena iman” sungguh menjadi berkat karena mau dibagikan, seperti kisah kehadiran Maria yang begitu membuat Elizabeth juga ikut bersukacita, sampai-sampai bayi dalam kandungannyapun melonjak kegirangan ? padahal Maria belum berkata apa-apa.
Jelas, bahwa Bunda Maria menjadi seorang pewarta sukacita. Tanpa kata-kata apapun, kehadirannya sudah menjadi kabar baik bagi Elizabeth dan bayi Yohanes. Kita bisa bertanya, bagaimana kita bisa bersukacita, kalau kehadiran kita tidak disukai orang lain. Santo Fransiskus Asisi pernah bilang “Preach the Good News, with words if necessary”, pewartaan pertama-tama bukanlah dengan kata-kata, tapi dengan sikap hidup kita masing-masing. Kalau kita menjadi orang yang penuh sukacita Tuhan, kehadiran kita akan membawa sukacita bagi sesama juga bukan?
Seperti pesan Bapa Suci, "Mari kita pulang dengan Magnificat dalam hati kita," saya juga mengajak, mari kita membawa “sukirman, sukacita karena iman” yang sama dengan Maria untuk memuji dan bersyukur pada Tuhan, imannya dan harapannya, kesiap dan kesediaannya berserah dalam perlindungan tangan Sang Ilahi. Dan, ingatlah salah satu pesan Bunda Maria dalam suatu penampakan kepada St. Bernadette Soubirous di Lourdes, yang baik kita ingat, “Aku tidak menjanjikan kamu kegembiraan di dunia ini, tetapi di dunia yang akan datang."
oleh : Romo Antonius Joko Scj