Catatanku...
Ini adalah rangkaian kata yang menyatu dan lahir dari periode perjalanan hidupku. Ini bukan sebuah diary kehidupan yang merupakan kumpulan-kumpulan kronik perjalanan hidup bersama sang waktu. Tapi catatan ini adalah sebuah tulisan yang berkisah tentang perjuangan dan pergulatan iman, memerangi diri sendiri di tengah derita.
Catatanku...
Adalah serakan-serakan kata lisan, tutur bahasa yang kurangkai dalam sebuah goresan sebagai pengingat bahwa aku pernah punya catatan kelam di balik tirai perjuanganku. Catatan kelam yang bukan lahir dari buruknya tingkah lakuku, tapi yang lahir dari alam pikirku merasuk sukma, mengguncang iman bahwa yang baik bagiku ternyata bukanlah sebuah kebenaran yang bisa kupertanggungjawabkan.
Catatanku...
Bukanlah sebuah kebanggaanku. Bukan pula sanjungan yang kurangkaikan di lembaran ini. Adalah selembar kisah usang dari nalarku yang selama ini kuyakini sebagai kebenaran tapi sejatinya itu adalah kebodohan, kesombongan dan kerasnya dinding hatiku yang semata demi memuaskan rasaku, demi memuaskan seleraku yang pada kenyataannya menuai derita sakit penyakit.
Catatanku...
Adalah sebuah perjalanan dari jejak yang terpuruk dalam alam keangkuhanku adalah sampah nasehat bijak mereka lantaran kesombongan bathin bahwa hanya argumentasikulah yang paling benar. Adalah sebuah tulisan jiwa yang malu telah menelantarkan nasehat bijak, tutur bahasa peneguh iman yang sejatinya adalah Sabda Kehidupan menyegarkan bathin yang kering, mengairi sukma yang kosong dan haus akan Sumber Kehidupan Sejati.
Catatanku...
Adalah sebuah titah pergumulan. Bahwa seharusnya aku tidak bermegah di balik kerapuhanku. Bahwa seharusnya aku tidak berlindung di balik perisai kemunafikanku. Catatanku...adalah selembar bahasa kalbu dari rangkaian-rangkaian perjuangan yang meyakinkanku bahwa bersatu dan bersekutu dengan Yesus Sang Sumber Air Kehidupan menjadikan hidup ini adalah mata air kecil yang memancarkan selaksa kebenaran dalam hidup dan menyejukan sukma untuk menimba kekuatan dari Roh (bdk. Yoh 4:14.24).
Catatanku sebuah kisah dari kekelaman menuju Terang
Minggu Prapaskah III: 23 Maret 2014
Lie Jelivan MSF