Monday, February 18, 2013

YESUS MEWARTAKAN DAN MEMPERJUANGKAN KERAJAAN ALLAH

Sesudah mempelajari Kitab Suci dan tradisi yang mengungkapkan tentang Yesus Kristus, sekarang kita berusaha untuk memahami tentang perjuangan Yesus dan tentang warta serta karyaNya. Perjuangan dan opsi Yesus ialah Kerajaan Allah. Maka, secara berturut-turut dalam bagian ini kita akan bergumul dengan topik-topik :
  1. gambaran tentang kerajaan Allah pada zaman Yesus.
  2. Yesus datang untuk mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan Allah.

Pelajaran 13

GAMBARAN KERAJAAN ALLAH
PADA ZAMAN YESUS


Impian akan datangNya Ratu Adil muncul dalam budaya Jawa. Rupanya, impian akan datangnya Ratu Adil ini dilatarbelakangi oleh kondisi dan situasi yang dialami oleh orang Jawa yang sarat dengan berbagai penindasan, sejak zaman feodalisme, kemudian kolonialisme Belanda, Jepang dan terkahir Orde Baru.
            Dalam situasi ketertindasan, orang biasanya memimpikan atau mengharapkan kehadiran seorang tokoh yang dapat membebasakan mereka dari ketertindasan tersebut. Impian akan datangnya Ratu Adil diharapkan akan membangun suatu Negara atau kerajaan yang adil dan sejahtera. Impian ini dapat menjadi suatu kepercayaan bahwa pada suatu saat Kerajaan Ratu Adil akan tercipta / terjadi.
            Selam enam abad sebelum Yesus datang, bangsa Israel selalu dijajah oleh bangsa lain, yaitu bangsa Persia, bangsa Yunani, dan terakhir bangsa Romawi. Selain ditindas oleh para penjajah itu, bangsa Israel juga ditindas oleh pemimpin-pemimpin bangsanyasendiri, yaitu raja-raja boneka yang diangkat oleh para penjajah.
            Dalam situasi tertindas sepeerti itu, bangsa Israel selalu memimpikan kedatangan Mesias dan kerajaan Allah. Untuk mengerti dengan baik impian bangsa Israel tentang kerajaan Allah dan pewartaan yesus tentang Kerajaan allah, maka secara berturut-turut kita akan mendalami tentang situasi social masyarakat Yahudi pada waktu itu, paham-pahamnya Kerajaan Allah, dan pewartaan Yesus tentang kerajaan Allah.

1.      Situasi Sosial Bangsa Israel
a)            Situasi sosial Politik
Setelah masa pembuangan bangsa Israel di Babilonia, enam abadsebelum Yesus, Palestina tunduk kepada Kerajaan Persia, Yunani dan Kekaisaran Romawi secara internal, masyarakat Palestina dikuasai oleh raja-raja dan pejabat boneka yang ditunjuk oleh bangsa Roma. Selain pejabat-pejabat boneka yang ditunjuk oleh penguasa Roma. Selain pejabat-pejabat boneka, kelas pemilik tanah yang kaya raya dan kaum rohaniwan kelas tinggi yang suka menindas rakyat demi kepentingan dan kedudukan mereka. Golongan-golongan ini sering memihak penjajah supaya mereka tidak kehilangan hak istimewa atau nama baik di depan penjajah, karena Roma mempunyai kekuasaan kekuasaan mencabut hak milik seseorang. Puncak kekuasaaan politik adalah procurator Yudea. Ia harus seorang Romawi. Ia berwenang menunjuk raja dan Imam agung. Di Yudea, Imam Agung berperan dibidang politik sebagai pemimpin agama. Di Galilea kekuasaan dipegang oleh raja Herodes Antipas. Dominasi militer terlihat dengan kehadiran tentara Romawi dimana-mana. Mereka diambil dari siria atau palestina, tetapi tidak dari kalangan Yahudi. Situasi yang menekan kadang-kadang tidak tertaankan, sehingga timbul pemberontakan yang umumnya digerakkan oleh kaum Zelot yang bermarkas di Galilea. Namun, pemberontakan kaum Zelot ini selalu dapat dipadamkan / ditumpas. Penumpasan kaum pemberontak ini biasanya membawa korban nyawa yang tidak sedikit.
b)      Situasi Sosio – Ekonomi
Penduduk desa biasanya hanya memiliki lahan-lahan kecil untuk usaha pertanian. Sebagian besar tanah dikuasai oleh para tuan tanah yang kaya mereka tinggal di kota-kota. Lahan-lahan luas yang dikuasai oleh para tuan tanah yang tinggal dikota-kota itu praktis menjadi pengemudi roda ekonomi kota dan perdagangan internasional. Rakyat kebanyakan biasanya hanya menjadai penggarap tanah (buruh tani) atau penggembala ternak milik tuan-tuan tanah itu.
         Kondisi ekonomi sebagian besar penduduk hanya pas-pasan, bahkan kurang untuk mencukupi kebutuhan keluaraga karena penghasilan mereka terlalu kecil. Dalam situasi yang parah itu, rakyat masih dibebani berbagai macam pajak dan pungutan untuk pemerintah, untuk Bait Allah, dan sebagainya. Konon, pajak dan pungutan-pungutan tersebut dapat mencapai 40 % dari penghasilan rakyat.

c)      Situasi Sosial – kemasyarakatan
Masyarakat palestina terbagi dalam kelas-kelas. Di daerah pedesaan terdapat kelas-kelas atau kelompok social, yaitu tuan tanah besar, pemilik tanah kecil perajin, kaum buruh dan budak.
         Didaeah perkotaan terdapat bebrapa lapisan kelas social. Lapisan kelas social tertinggi adalah kaum aristocrat, imam-imam, pedagang-pedagang besar, dan pejabat-pejabat tinggi. Lapisan kelas social menengah bawah adalah para perajin, pejabat-pejabat rendah, awam, dan kaum lewi. Lapisan kelas social paling bawah adalah kaum buruh ysng pada umumnya bekerja di sekitar Bait Allah.
         Disamping itu, terdapat juga kaum proletar marginal yang tidak terintegrasi dalam kegiatan ekonomi, yang terdiri atas orang-orang yang dikucilkan oleh masyarakat karena suatu hal (bukan karena kondisi ekonomi). Misalnya : para pendosa public seperti pelacur dan pemungut bea cukai, penderita kusta yang menurut keyakinan Yahudi disebabkan oleh dosa si penderita atau dosa orang tuanya.
         Menurut orang Yahudi, dosa itu dapat berjangkit seperti kuman penyakit. Oleh sebab itu, orang baik-baik tidak boleh bergaul dengan orang-orang berdosa.
         Selain adanya kelompok-kelompok berdasarkan kelas social tersebut diatas, terdapat juga berbagai bentuk diskriminasi, misalnya diskriminasi rasial, seksual, pekerjaan dan sebagainya.

d)      Situasi Sosiao – Religius
Hukum Taurat sangat mewarnai religius orang-orang Yahudi. Kaum Farisi berusaha menjaga warisan dan jati diri Yahudi berdasarkan hukum Taurat. Mereka menyoroti ketaatan pada setiap pasal hukum taurat. Bagi mereka, menjadi rakyat Tuhan berarti taat pada setiap pasal hukum taurat. Mereka berusaha menerapkan hukum Taurat pada setiap segi kehidupan. Tetapi, mereka sendiri sangat memilih-milih dalam ketaatan mereka.
Menaati HUkum Tuhan berarti menaati ketat terhadap setiap pasal hukum taurat. Orang-orang Farisi gemar memperluas tuntutan-tuntutan kebersihan yang berlaku untuk para imam bagi seluruh rakyat Israel. Mereka menfsirkan dan kadang-kadang memanipulasi hukum Taurat demi kepentingan pribadi, sehingga sering mendatangkan beban yang tidak tertahan bagi masyarakat kecil.
Singkatnya, rakyat kebanyakan di Palestina sangat tertindas pada saat Yesus muncul. Mereka ditindas secra politis, ekonomis, social, bahkan religius.         


  1. Paham-Paham Tentang Kerajaan Allah
Dalam situasi tertindas, bangsa Israel sangat merindukan kedatangan Mesias dan Kerajaan Allah. Namun, paham mengenai Kerajaan Allah dikalangan bangsa Israel dipahami secara berbeda.

a.      Paham Kerajaan Allah yang berciri Nasionalistis
Paham ini dihayati oleh kaum Zelot. Kegiatan mereka bertujuan membebaskan bangsa Israel dari kuasa politik penjajah kafir. Kaum Zelot berjihad untuk mengusir kaum kafir. Mereka berharap dengan kebangkitan nasionalisme, kemerdekaan bangsa Israel dapat tercapai dan Kerajaan Allah tercipta.

b.      Kerajaan Allah Menurut Pandangan para Apokaliptis
Aliran ini percaya datangnya penghakiman Allah, karena dunia ini sudah jahat dan akan digantikan oleh dunia baru. Dalam dunia baru itu, yang baik akan dianugrahi kebakaran dan yang jahat akan dihukum.
Menurut pandangan aliran ini, Kerajaan Allah adalah sebuah kenyataan pada akhir zaman. Dunia ini atau zaman ini sudah terlalu jahat dan jelek. Setelah zaman yang jahat ini hilang lenyap dibinasakan oleh Allah, maka Kerajaan Allah akan menjadi kenyataan di bumi baru dan langit baru yang dijadikan Allah.

c.       Kerajaan Allah menurut pandangan para Rabi
Allah sekarang sudah meraja secara hukum, sedangkan di akhir zaman Allah menyatakan kekuasaanNYa  sebagai raja semesta alam dengan menghakimi dan menyatakan kepada sekalian bangsa. Bangsa Israel yang dikuasai oleh orang-orang kafir ( karena dijajah Romawi yang dianggap Kafir) merupakan akhir dari dosa-dosanya. Jika bangsa Israel melakukan hukum Taurat, maka penjajah akan dipatahkan. Karena itu, mereka yang sekarang taat kepada hukum Taurat sudah menjadi warga Kerajaan Allah. Tetapi, jika tidak melakukan hukum taurat, maka bangsa Israel akan terus dijajah dan diperintah oleh kaum Kafir.

  1. Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus
Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus lebih mirip dengan pandangan para Rabi dan para nabi. Allah mulai meraja, terutama dalam diri Yesus, dan akan mencapai kepenuhanNya pada akhir zaman. Ketika Yesus berkeliling di Palestina untuk mewartakan Kabar Baik dan melakukan berbagai perbuatan baik, termasuk mukjizat-mukjizatNya, menjadi nyata bahwa kerajaan Allah sebenarnya mulai dibangun di tengah umat yang percaya.
Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus secara singkat dapat dikatakn sebagai berikut :
o   Kerajaan Allah adalah Allah yang meraja atau memerintah. Oleh karena itu, manusia harus mengakui kekuasaan Allah dan menyerahkan diri(percaya) kepadaNya, sehingga terciptalah kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian.
o   Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus akan mencapai kepenuhannya pada akhir zaman. Diakhir zaman itulah, Allah benar-benar akan meraja. Dalam rangka ini, kerajaan Allah terkait dengan penghakiman terakhir dan ukuran penghakiman adalah tindakan cinta kasih. Mereka yang melaksanakan tindakan kasih masuk ke dalam Kerajaan Allah (bdk. Mat 25 : 31 – 45).
o   Kerajaan Allah yang mencapai kepenuhannya pada akhir zamanitu kini sudah dekat, bahkan sudah dating dalam sabda dan karya Yesus. Oleh karena itu, orang harus menanggapinya dengan bertobat dan percaya kepada warta yang dibawa oleh Yesus.
o   Kerajaan Allah adalah kabar mengenai masa depan dunia, dimana yang miskin tidak lagi miskin, yang lapar akan dipusakan, yang tertindas tidak akan menderita lagi, yang tertawan akan dibebaskan. Namun, untuk mencapai masa depan yang demikian perlu perjuangan. Itulah sebabnya, Yesus terus menerus berjuang supaya hal itu benar-benar terwujud. Selama hidupNya, Yesus terus menerus berjuang supaya hal itu benar-benar terwujud. Seluruh hidup Yesus sampai Ia mengorbankan hidupNya dikayu salib adalah untuk mewujudkan Kerajaan Allah, sehingga orang benar-benar mengalami damai sejahtera, sukacita, keadilan dan kebenaran. Perjuangan Yesus itu belum seleasi, Yesus memberi tugas kepada para pengikutNya untuk melanjutkan perjuangan itu, agar Allah sunguh-sungguh meraja.